Oleh Rinanto S.Ag, M.Pd
Jakarta, 13 Juni 2025
Pertama Kali Mengenalmu
Setiap orang memiliki mentarinya sendiri, cahaya harapan yang ia kejar meskipun jalan yang dilalui tak selalu terang. Perjalanan hidup saya pun demikian, seperti meniti tapak demi tapak menuju mimpi, menerjang rintangan demi rintangan untuk sebuah cahaya yang dulu tampak jauh: cahaya ilmu, cinta, dan pencapaian yang menjadi angan dan harapan banyak orang.
Pertama kali mengenal Muhammadiyah di tahun 2006, saat saya masuk Madrasah Aliah (MA) Muhammadiyah Weleri dan Tinggal di PAY (Panti Asuhan Yatim) Muhammadiyah Weleri. Awalnya hanya sebatas nama dan beberapa hal terkait bacaan sholat yang saya pelajari dan saya pahami. Tetapi peraturan yang ketat dan waktu belajar yang cukup padat, membuatku serasa tak mampu untuk sekolah dan tinggal di PAY Muhammadiyah Weleri.
Namun takdir berkata lain, perlahan kisah itu berubah. Awal tahun 2007 ketika saya mulai banyak teman dan terbiasa dengan lingkungan baru. Saat rasa nyaman berhasil saya ciptakan, jalan hidup bersama persyarikatan juga mulai saya temukan: dunia organisasi, perjuangan, dan pengabdian.
Ketika Rasa Sudah Terbangun
Tahun 2007 hingga 2009 adalah masa yang mengubah diri saya dalam pembentukan dasar- dasar berorganisasi. Melalui Organisasi Otonom IPM (Ortom Ikatan Pelajar Muhammdiyah) aku semakin mengenal Muhammadiyah. Melalui IPM pula saya dapat mengaktualisasikan diri dan mengekpresikan ide-ide yang dikemas dalam kegiatan-kegiatan yang terprogram.
Saya adalah IPM karena di sanalah saya tumbuh dan berhikmat
terhadap Persyarikatan Muhammadiyah. Di MA Muhammadiyah Weleri saya memang bukan hanya sekadar menjadi pelajar biasa, tetapi menjadi pelajar yang berpikir, bergerak, dan berusaha meningkatkan kapasitas diri agar dapat menginspirasi orang banyak melalui Ortom IPM.
Pada awal saya masuk sebagai kader IPM, mulai dari ketua bidang di tingkat PR IPM (Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah) MA Muhammadiyah Weleri, kemudian menjadi Ketua Umum PC IPM (Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Weleri, hingga ketua bidang di PD IPM (Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Kendal.
Selama di IPM, ada beberapa kegiatan yang membuat saya sangat berkesan pada tahun 2007 hingga tahun 2009; pertama, keikutsertaan saya sebagai peserta Muktamar Muhammadiyah IPM tahun 2008. Ini peristiwa yang sangat bersejarah, karena salah satu keputusan Muktamar itu adalah perubahan nama dari IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) kembali menjadi IPM dengan berbagai dinamika saat itu.
Kedua, saat saya menjabat Ketua Bidang KPSDM (Kajian dan Pengambangan Sumber Daya Manusia) yang saat ini berubah nama menjadi Bidang PSDM (Pengambangan Sumber Daya Manusia) PC IPM Weleri, menyelenggarakan Perkaderan Pelatihan Taruna Melati 2 yang pesertanya lintas cabang. Momen yang sangat berkesan bagi saya adalah kami juga menyelenggarankan Sholat Idul Adha dan qurban di lokasi kegiatan.
Kegiatan ketiga yang membuat saya sangat berkesan adalah semasa saya jadi Ketua Umum PC IPM Weleri. Di momentum ini ada sejarah yang cukup fenomenal, yaitu penyelenggaraan pembukaan kegiatan Fortasi yang serentak dalam satu waktu dan tempat yaitu di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Muhammadiyah 3 Weleri. Momentum ini sepertinya belum pernah terjadi di era sebelum dan sesudah saya menjadi Ketua Umum PC IPM Weleri.
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh PC IPM itu sangat didukung oleh PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Weleri dan seluruh
kepala sekolah yang berada di wilayah teritorial PC IPM Weleri yaitu MA Muhammadiyah 1 Weleri, SMA Muhammadiyah 1 Weleri, SMK 1 Weleri, SMK Muhammadiyah 3 Weleri, MTs (Madrasah Tsanawiyah) Muhammadiyah 1 Weleri, dan SMP Muhammadiyah 1 Weleri.
Di tahun yang sama tahun 2007-2009, saya juga menjadi bagian dari TSPM (Tapak Suci Putera Muhammadiyah). Di sini saya berproses mulai dari siswa dasar di unit latihan MA Muhammadiyah 1 Weleri hingga kader dasar di Cabang Latihan Kecamatan Weleri. Dua peran yang berjalan beriringan ini, mengasah kemampuan soft skill yang saya miliki dari berbagai sisi hingga mengantarkan saya ke UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Saat kuliah di UMS saya aktif di Unit 003 TSMP UMS dan Kafilah Penuntun Moh. Djasman Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) UMS.
Soft Skill; Prestasi Non Akademik dan Kecerdasan Sosial
Saya belajar bahwa antara kecerdasan dan prestasi, ada ruang luas yang perlu dipahami. Bahwa kecerdasan tidak melulu soal angka-angka yang cantum pada transkip nilai kuliah, tetapi tentang bagaimana kita bersikap, berorganisasi, berkontribusi atau memberi manfaat bagi orang lain dan masyarakat secara luas.
Demikian halnya prestasi, bukan hanya soal piala atau sertifikat, tetapi tentang keberanian mengambil peran dan menjalankan tanggung jawab dalam organisasi. Dari sinilah saya belajar menjadi pribadi yang utuh yang berpikir dengan logika, namun bergerak dengan hati.
Pengalaman yang saya miliki dalam berorganisasi ternyata juga membuka jalan saya untuk menggapai mimpi serta memperluas jaringan di berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Sebelumnya, banyak tokoh masyarakat yang hanya bisa saya lihat di podium atau melalui layar tv, namun setelah saya aktif dalam organisasi, saya dapat bertemu secara langsung dengan mereka, bahkan dapat berdiskusi dan meminta saran untuk perkembagan organisasi.
Melalui organisasi kita tidak hanya memperkuat kapasistas diri, tetapi juga berkontribusi kepada orang lain dan masyarakat luas, sehingga tidak hanya kita sendiri yang berkembang dalam berpikir tetapi orang lain juga akan terdorong untuk memiliki kemajuan dalam berpikir dan mengambil sikap terhadap suatu kebijakan yang baik. Hal ini dikarenakan dalam berorganisasi kita akan memiliki visi misi yang sama dan diupayakan mencapai tujun organisasi bersama- sama dan saling melengkapi dalam setiap kekurangan.
Ada yang berkata, Drs. “Di rumah saja!”
Melihat kondisi kemampuan akademik yang saya miliki, seorang pengasuh saya di asrama panti asuhan membuatnya berucap “Drs. Di rumah Saja!” mungkin karena gelar Drs. (Doktorandus) sering disematkan kepada mereka yang biasanya dicapai oleh orang-orang yang punya prestasi akademik bagus, sementara saya hanya memiliki kemampuan akademik paling rendalah dalam satu angkatan di sekoah. Buku catatan yang saya pakai untuk mencatat hal- hal penting dalam berbagai aktivitas (mirip buku diary), saya tuliskan nama pemilik Drs. Rinanto, yang ahirnya ditanya oleh pengasuh asrama panti asuhan apa itu Drs? Di rumah saja?
Sejak kalimat itu terucap dalam hati dan pikiram saya tumbuh keputusan bahwa cita-cita untuk lanjut studi harus terwujud. Saya harus mampu membuktikan kepada orang-orang bahwa anak muda yang memiliki kemampuan akademik rendah pun jika memiliki tekad yang kuat akan mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi dan memiliki prestasi.
Walau banyak waktu yang saya habiskan dalam organisasi, namun bukan berarti saya akan berhenti belajar dan ahirnya di rumah saja. Dengan tekad yang kuat dan tak mengenal putus, akhirnya saya berhasil menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) meskipun tidak seperti yang dicita-citakan dengan gelar Drs tetapi ini sudah setara, karena gelar Drs saat itu sudah tidak ada lagi di UMS.
Sebuah pencapaian yang bukan hanya simbol akademik, tetapi bukti
perjuangan yang panjang dan konsisten. Saat saya lulus dari MA Muhammadiyah 1 Weleri, Alhamdulillah ada tawaran masuk di 5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dengan jalur beasiswa kader Muhammadiyah. Saat itu saya mengajak teman-teman seangkatan termasuk adik kandung saya, akan tetapi tidak ada yang bersedia untuk lanjut kuliah.
Kini, ketika saya menoleh ke belakang, saya sadar bahwa semua ini bukan kebetulan. Dari mengenal Muhammadiyah di tahun 2006, menyemai cinta dalam perjuangan, mengabdi dalam organisasi, hingga meraih gelar S.Ag dari FAI UMS (Fakultas Agama Islam Universitas Muahammadiyah Surakarta), dan saat ini telah menyandang gelar M.Pd (Magister Pendidikan) dari sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (SPS UMJ). Semua ini adalah bagian dari jalan yang telah saya pilih. Jalan yang membuat saya tidak hanya mengejar mentari, tetapi juga menggapai mimpi.
Pondasi di Bangun Muhammadiyah Weleri
Saya percaya, setiap langkah kecil yang tulus akan selalu menuju pada hasil yang besar. Perjalanan ini belum selesai, mentari belum sepenuhnya tinggi. Tapi saat ini, saya berdiri dengan bangga di atas pondasi yang terbangun dari Muhammadiyah Weleri, karena saya telah berjalan sejauh ini diterangi sinar sang surya dari Weleri.
Muhammadiyah Weleri telah menjadi bukti bagian keberlanjutan pembangunan peradaban yang beradap, membangun terus menerus di berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui beragam amal usaha seperti Bapelurzam (sekarang Lazismu), rumah sakit, sekolah, panti asuhan dan melalui gerkan para tokoh dan saudagar Muhammadiyah yang menembus lapisat elit para penguasa perekonomian di Weleri.
“Aku Berlari Mengerjar Mentari Menggapai Mimpi, Bukan di Rumah Saja”
Editor : B. Chairil Anwar