Oleh : Abdul Malik, S.Pd (Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kendal)
Kader Muhammadiyah adalah individu pilihan yang tidak hanya sekadar menjadi anggota, melainkan penggerak utama dan lokomotor gerakan. Mereka jumlahnya mungkin tidak banyak, namun peran dan tanggung jawabnya sangat besar. Kader sejati bukanlah penonton, melainkan pelaku utama perubahan dan penggerak misi dakwah Islam berkemajuan.
Adapun ciri utama kader muda Muhammadiyah dapat dirangkum dalam empat unsur utama: Iman, Ilmu, Ihsan, dan Ikhlas.
Iman
Iman merupakan fondasi utama seorang kader. Dalam iman terkandung dua aspek penting: akidah yang kuat dan ibadah yang tertata. Akidah yang Kuat
Seorang kader harus memiliki keyakinan yang kokoh. Rasulullah SAW bersabda:
“Iman itu terdiri dari enam perkara: beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)
Kader Muhammadiyah harus menjadikan akidah ini sebagai dasar dalam setiap langkah dakwah dan amalnya. Ke dua Ibadah yang Tertata, Dalam iman ada amal ibadah yang menjadi bukti nyata keimanan. Rasulullah SAW bersabda:
“Islam dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji bagi yang mampu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, ibadah minimal yang harus dijaga oleh kader muda adalah:
Shalat lima waktu sebagai tiang agama, Zakat, baik zakat fitrah untuk mensucikan jiwa, maupun zakat mal untuk mensucikan harta. Sebagai kader, nama kita seharusnya tercantum dalam laporan Lazismu sebagai muzakki atau donatur tetap.
Puasa Ramadan, serta ditambah dengan puasa sunnah seperti ayyamul bidh, Senin-Kamis, atau puasa Daud. Haji, jika memiliki kemampuan fisik dan finansial.
Ilmu
Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan perjuangan. Kader muda harus menjadi sosok yang terus haus akan pengetahuan. Orang berilmu akan menjadi rujukan dalam menyelesaikan masalah.
Sebagaimana pepatah: “Barang siapa yang menginginkan dunia, hendaklah dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan akhirat, hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya, hendaklah juga dengan ilmu.”
Tantangan zaman yang dinamis menuntut kader untuk terus belajar dan meng-upgrade kapasitasnya—baik di bidang agama, teknologi, maupun sosial.
Ihsan
Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Oleh karena itu, kader harus mengamalkan ilmunya dalam bentuk kebaikan (ihsan), yang memiliki tiga syarat utama:
Kerelawanan
Segala amal dilakukan dengan dasar rela, tanpa mengharap imbalan duniawi.
Kedermawanan
Kader muda harus terbiasa memberi, baik dalam bentuk tenaga, pikiran, maupun materi. Filosofi yang sering terdengar di lingkungan Muhammadiyah: “Ujung tombak dan ujung tombok” adalah gambaran nyata tentang semangat berderma.
Amal Jama’i
Kader tidak bekerja sendiri. Kebaikan harus dilakukan secara berjamaah, kolektif, dan terorganisir, bukan one man show.
Ikhlas
Ikhlas adalah puncak kematangan spiritual kader. Ikhlas berarti melepaskan semua amal dari kepentingan pribadi, jabatan, atau popularitas. Namun, keikhlasan tidak menjadikan kader apatis terhadap gerakan. Sebaliknya, kader yang ikhlas tetap teguh mengibarkan panji Muhammadiyah dalam setiap amalnya.
Ikhlas adalah ketika kita bekerja diam-diam, tapi hasilnya nyata dan manfaatnya luas.
Menjadi kader muda Muhammadiyah adalah amanah besar. Bukan soal nama dan jabatan, tetapi tentang kualitas iman, ilmu, ihsan, dan keikhlasan dalam mengabdi. Semoga setiap langkah kader muda menjadi bagian dari perjuangan yang diridhai Allah SWT dan bermanfaat bagi umat.