Oleh: Ikhsan Intizam, Lc. M.Ag.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal
Satu di antara sekian banyak kemukjizatan Al-Qur’an adalah keajaiban dalam penulisannya (rasm), terutama dalam bentuk rasm Utsmani—kaidah penulisan mushaf Al-Qur’an sebagaimana diwariskan dari masa Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Salah satu bentuk kemukjizatan itu tampak dalam perbedaan penulisan kata بسم dan باسم, yang secara sekilas mungkin terlihat remeh, namun menyimpan makna mendalam yang menggugah.
Fenomena Perbedaan Penulisan
Dalam mushaf Al-Qur’an, ditemukan bahwa kata بسم (tanpa alif washal) hanya ditulis sebanyak tiga kali, yakni dalam:
1. Al-Fatihah ayat 1: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
2. Hud ayat 41: بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا
3. An-Naml ayat 30: إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Sementara itu, penulisan dengan alif washal — yaitu باسم — muncul sebanyak empat kali, di antaranya:
1. Al-Waqi’ah ayat 74 dan 96 فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ dan فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ
2. Al-Haqqah ayat 52 فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ
3. Al-‘Alaq ayat 1: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Mengapa Penulisannya Berbeda?
Dalam kaidah bahasa Arab, khususnya dalam rasm Utsmani, perbedaan sekecil apapun dalam penulisan bukan tanpa makna. Perbedaan ini mencerminkan nilai spiritual, filosofis, bahkan edukatif.
(Sumber : IG TPQ Arrahmah Weleri)
1. Kata “بسم” (Tanpa Alif Washal)
Penulisan بسم tanpa alif terjadi ketika kata tersebut diikuti langsung oleh lafdhul jalalah “Allah” — sebagaimana dalam بسم الله. Menurut para ulama, penghilangan alif washal di sini bukan sekadar estetika linguistik, tetapi mengandung pesan spiritual yang dalam.
Maknanya:
– Kecepatan menuju Allah: Karena lafaz setelahnya adalah “Allah”, maka secara simbolik, kita tidak boleh menunda-nunda menyebut dan menuju Allah. Alif sebagai huruf tambahan dihilangkan agar tidak menghambat penyebutan lafdzul jalalah. Kita seolah-olah diajak untuk segera menyambung diri kepada-Nya, tanpa perantara dan tanpa jeda.
– Kemudahan dalam pelafalan: Bismillah adalah kalimat yang paling sering dilafalkan oleh umat Islam—di awal aktivitas, doa, maupun ibadah. Maka secara praktis, bentuk ringkas ini juga memudahkan pelafalan dan hafalan.
2. Kata “باسم” (Dengan Alif Washal)
Sebaliknya, penulisan باسم dengan alif washal terjadi saat setelahnya bukan lafdhul jalalah, contohnya pada ayat اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ.
Maknanya:
– Tujuan kontemplatif: Dalam ayat-ayat ini, perintahnya bukan langsung menuju Allah secara penyebutan, tetapi aktivitas mental dan spiritual, seperti membaca, merenung, dan mentadabburi. Hal ini memerlukan proses berpikir dan waktu. Maka, penulisan dengan alif washal mencerminkan proses tersebut: tidak langsung, tapi bertahap dan dalam.
– Penekanan pada proses: Aktivitas seperti tasbih (mensucikan Allah), membaca, atau mengingat dalam konteks rububiyah (pemeliharaan Allah), tidak selalu menuntut kecepatan, tetapi ketenangan dan perenungan.
Sebuah Mukjizat yang Tak Terbantahkan
Perbedaan antara بسم dan باسم bukanlah kesalahan atau variasi ejaan biasa. Ia adalah salah satu bukti kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek penulisan. Tidak ada satu huruf pun dalam Al-Qur’an yang ditulis secara sia-sia. Semuanya memiliki hikmah, makna, dan tujuan yang saling menyempurnakan.
Bahkan dalam hal sekecil penambahan atau penghilangan satu huruf alif, ada pelajaran spiritual dan linguistik yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya wahyu yang dibaca dan dihafal, tapi juga ditadabburi hingga ke titik-titik hurufnya.
Sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Syamlul dalam karyanya I’jaaz Rasm al-Qur’an, setiap aspek penulisan dalam mushaf Utsmani membawa pesan ilahiyah yang selaras dengan isi dan makna ayat.
Penutup
Ketika kita membaca Al-Qur’an, mari kita tidak hanya memperhatikan bunyinya, tetapi juga menghargai dan merenungkan keajaiban dalam penulisannya. Tidak ada yang sia-sia dalam firman Allah. Bahkan satu huruf pun bisa membuka tabir makna yang dalam dan menuntun kita lebih dekat kepada-Nya.
Terima kasih ya Allah, atas anugerah Al-Qur’an yang begitu agung.
Editor : Bagas Chairil Anwar
Foto : Andre Production
Kultum media terus berkarya.