Musim Pendaftaran Sekolah, Saatnya Orang Tua Tidak Hanya Memilih, Tapi Juga Belajar

Sebentar lagi musim pendaftaran sekolah tiba. Di momen ini, para orang tua mulai sibuk mempersiapkan dan mempertimbangkan lembaga pendidikan mana yang dirasa paling cocok untuk anak-anak mereka. Ada yang memilih sekolah swasta dengan pendekatan keagamaan yang kuat, ada pula yang mempertimbangkan sekolah negeri karena faktor lainya. Tak sedikit juga yang lebih memilih pondok pesantren atau sekolah berbasis asrama demi membentuk kemandirian dan karakter anak sejak dini.

Apapun pilihannya, pada dasarnya semua itu berangkat dari niat yang sama, yaitu memberikan pendidikan terbaik untuk buah hati. Tidak ada orang tua yang tidak ingin melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, dan sukses di masa depan. Maka tak heran jika berbagai pertimbangan dilakukan secara matang demi memastikan anak mendapat pendidikan yang layak dan sesuai dengan nilai-nilai keluarga.

Siswa SD MUhammadiyah Weleri Bersama Wali Kelas

Namun, di balik semangat memilih sekolah terbaik, ada satu hal penting yang kadang luput dari perhatian kita sebagai orang tua, yaitu kesadaran bahwa tanggung jawab pendidikan anak tidak hanya berada di pundak sekolah dan para guru. Kita pun, sebagai orang tua, memiliki peran besar dalam proses ini.

Sering kali, kita menaruh ekspektasi tinggi kepada sekolah, berharap anak kita menjadi pintar, disiplin, dan berprestasi. Tapi, saat harapan itu tidak tercapai, kekecewaan pun muncul. Padahal, pendidikan yang baik tidak cukup hanya mengandalkan satu pihak saja. Sekolah, guru, murid, dan orang tua, semuanya harus bersinergi.

Guru memang bertugas untuk mengajar dan membimbing, namun orang tua pun harus turut belajar. Belajar menjadi orang tua yang bijak, belajar memahami dunia anak, dan belajar memberikan hak-hak anak sebagaimana mestinya. Kita juga perlu menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan mendukung proses belajar anak. Anak yang belajar di sekolah butuh didampingi di rumah dengan perhatian, doa, dan kasih sayang.

Sering kali kita meminta guru untuk bersabar menghadapi anak-anak kita, namun sudahkah kita sendiri bersabar dalam mendampingi mereka? Kita berharap guru mendoakan anak-anak kita, tapi pernahkah kita mendoakan para guru yang setiap hari memberikan waktu, perhatian, bahkan keikhlasan mereka untuk mendidik anak kita?

Pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan nilai akademik. Ada adab, akhlak, dan keberkahan yang mengalir dari ketulusan guru, dari restu orang tua, dan dari lingkungan yang penuh kasih sayang. Jangan sampai kita terlalu sibuk memilih sekolah, namun lupa menjaga hati. Lupa bahwa keberhasilan anak juga bergantung pada keikhlasan kita sebagai orang tua.

Bisa jadi, salah satu sebab pendidikan di negeri ini tertinggal adalah karena kita jarang mendoakan guru-guru anak kita. Kita lupa bahwa mereka adalah bagian penting dari masa depan anak-anak kita. Maka, marilah kita mulai dari diri sendiri. Ketika kita telah menyerahkan anak kepada sekolah atau pondok pesantren, jagalah keikhlasan. Yakinlah bahwa dengan hati yang bersih dan doa yang tulus, barokah para guru dan para pendahulu akan meluber kepada anak-anak kita.

Pendidikan adalah proses panjang yang melibatkan banyak pihak. Mari kita jalani bersama dengan saling menghargai, mendukung, dan mendoakan. Karena ketika semua pihak bergerak Bersama sekolah, guru, murid, dan orang tua maka pendidikan akan menemukan makna sejatinya. Membentuk manusia seutuhnya, bukan hanya sekadar siswa yang lulus ujian.

Oleh : B. Chairil Anwar
Foto By : SD Muhammadiyah Weleri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *