Ada sebuah ungkapan yang nadanya tajam, tapi dalam: “Jika ingin menghancurkan masa depan sebuah bangsa, hancurkan perempuannya.” Retoris, filosofis, dan sayangnya masih sangat relevan. Mengapa perempuan?
Karena dari rahim perempuanlah lahir generasi baru. Dari pangkuannya, anak-anak belajar arti cinta pertama. Dari lisannya, nilai-nilai kehidupan pertama kali ditanamkan. Jika ibunya rusak, maka rusaklah generasi berikutnya. Kalau ibunya tangguh, maka bangsa ini pun akan tegak berdiri.
Hari ini, Bangsa Indonesia menghadapi tantangan sosial yang kompleks. Maraknya kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi perempuan, pernikahan usia dini, hingga krisis identitas akibat arus globalisasi yang tak terbendumg adalah sebagian dari masalah yang menggerogoti ketahanan keluarga dan tatanan moral generasi muda. Nilai-nilai Islam yang seharusnya menjadi pegangan hidup kerap terpinggirkan oleh gaya hidup instan dan budaya hedon yang merusak.
Di sinilah peran vital Nasyiatul Aisyiyah. Organisasi ini hadir sebagai benteng moral dan penjaga nilai-nilai Islam yang mencerahkan. Mereka tidak hanya membina para ibu muda dalam lingkup domestik, tetapi juga menyentuh sektor pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, advokasi hak perempuan, dan dakwah sosial. Dengan pendekatan yang lembut namun sistematis, Nasyiatul Aisyiyah mengokohkan peran perempuan sebagai agen perubahan yang mampu menjaga ketahanan keluarga, menguatkan komunitas, dan menjadi penjaga akhlak di tengah tantangan zaman.
Perempuan tangguh tidak dilahirkan dalam ruang kosong, mereka dibentuk oleh komunitas yang peduli, oleh organisasi yang memberi makna pada keberadaan mereka. Dan Nasyiatul Aisyiyah, selama hampir satu abad, telah menjadi pelita yang tidak pernah padam menerangi jalan perempuan Indonesia agar tetap tegar, berdaya, dan bermartabat dalam naungan nilai-nilai Islam.
Dan 94 tahun ini, Nasyiatul Aisyiyah adalah bukti nyata bahwa perempuan Indonesia bisa, kuat, dan tahu ke mana arah langkahnya. Mereka bukan hanya sibuk di dapur, sumur, dan Kasur tapi juga hadir di ruang-ruang publik, menyuarakan nilai-nilai Islam dengan wajah lembut tapi tegas. Tampil di forum-forum sosial, pendidikan, bahkan ekonomi dan politik. Tetap anggun, tetap santun, 94 tahun itu tidaklah sebentar. Generasi berganti, zaman berubah, tapi satu yang tetap, semangat perempuan-perempuan muda Aisyiyah untuk terus menebar manfaat.
Dalam usia hampir seabad ini, kita tidak bisa tidak mengingat pesan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan: “Sesuatu yang dilakukan karena Allah, maka ia akan tumbuh dan berkembang. Dan sesuatu yang tidak diniatkan karena Allah, niscaya akan hancur dan binasa.”
Itulah pondasi kenapa Nasyiatul Aisyiyah masih eksis hari ini. Karena niat mereka tidak berubah, karena Allah.
Mereka mungkin lahir sebagai perempuan dengan tugas domestik yang berat. Bangun paling pagi, tidur paling malam. Mengurus anak, suami, rumah. Tapi mereka tidak berhenti di sana. Mereka juga turun ke masyarakat. Mereka mengisi ruang-ruang kosong yang kadang tak disentuh laki-laki. Mereka paham, peradaban tidak akan cerah tanpa cahaya dari perempuan yang tangguh.
Mereka tidak melawan kodrat. Mereka justru merangkul kodrat itu dan memakainya sebagai kekuatan. Lembut tapi kuat. Halus tapi tajam. Tunduk pada nilai, tapi tidak tunduk pada penindasan.
Di usia yang ke-94 ini, Nasyiatul Aisyiyah bukan hanya patut dirayakan, tetapi juga direnungkan. Sebab tidak banyak organisasi perempuan yang bisa bertahan selama hampir satu abad dengan konsistensi visi dan semangat yang tak pernah padam.
Mars Nasyiatul Aisyiyah menyuarakan semangat itu, “Simbolnya padi berbahagia, umat seluruh dunia.”
Simbol padi bukan sekadar lambang kerendahan hati dan keberkahan, tetapi juga perlambang keteguhan untuk terus memberi manfaat, meski kadang tak terlihat dari permukaan.
Hari ini, bangsa ini berutang terima kasih kepada perempuan-perempuan Nasyiatul Aisyiyah. Karena merekalah, nyala peradaban tetap terjaga. Karena semangat merekalah, Islam tetap hadir dengan wajah yang ramah, membebaskan, dan memberdayakan.
Selamat Milad ke-94 Nasyiatul Aisyiyah. Tetap cetar membahana, tetap menebar manfaat. Tetap menjadi perempuan shalihah yang tahu batas namun berani menjebol batasan yang menindas. Karena dari perempuan tangguh, akan lahir generasi hebat. Dan dari perempuan yang tercerahkan, akan bangkit peradaban yang gemilang.
Oleh : B. Chairil Anwar
Foto by: Rury Ekawati